Jangan sekali-kali menyamakan horor dengan teror. "Teror itu psikologis, sementara horor itu biologis," kata Stephen King, penulis novel horor paling laris di Amerika Serikat. Menurut Stephen King, manusia biasanya bakal menolak teror, tetapi diam-diam atau terang-terangan membutuhkan horor. Dan Stephen King membuktikannya.
Jauh sebelum novel horornya terbit, hidup Stephen King sungguh sengsara. Meski punya gelar sarjana sastra Inggris dari Universitas Maine di Orono, ia harus banting tulang untuk menghidupi keluarganya. Ia tercatat pernah bekerja di binatu, dan menjadi pelayan pompa bensin sebelum memperoleh penghasilan tetap sebagai guru bahasa di sebuah sekolah menengah umum.
Tapi, begitu Carrie, novel seram pertamanya terbit, semua berubah. Awalnya, novel itu cuma dibayar US$ 2.500 oleh William Thompson, penerbit pertamanya. Belakangan, Doubleday, penerbitan milik Thompson, berhasil menjual Carrie ke New American Library seharga US$ 400.000. Dan, perlahan, novel itu pun menimbulkan demam Stephen King di Amerika. Carrie akhirnya terjual jutaan jilid, dan membuat Stephen King kaya raya.
Sutradara sekelas Brian De Palma pun tertarik memfilmkan Carrie. Pada 1976, film Carrie rampung digarap dengan bintang-bintang terkemuka, seperti Amy Irving, Nancy Allen, John Travolta, dan Sissy Spacek. Sukses Carrie seolah membenarkan ucapan Stephen King: horor itu kebutuhan biologis!
Setelah Carrie, puluhan novel seram Stephen King lainnya juga laku keras. Tak kurang dari 62 film dibuat berdasarkan naskah seramnya. Sebagian besar masuk daftar film terlaris, sementara sebagiannya lagi dipujikan sebagai film yang baik. Salem's Lot, Cujo, The Dead Zone, Stand By Me adalah beberapa judul dari daftar panjang film dari karya King.
Tak cuma Stephen King yang berhasil membuktikan bahwa horor itu enak dan perlu. Penulis lain, Anne Rice, berhasil menjadi kaya dengan kisah Vampire Chronicle-nya. Cerita seram Anne Rice juga laris ketika dibuat film. Interview with Vampire dan Queen of the Damned adalah dua film laris yang didasarkan pada kisah seram Anne Rice.
Cerita seram memang jadi genre yang tak pernah lekang. Film-film horor pun selalu tercatat punya pasar besar. Sukses The Exorcist, misalnya, menjadi legenda tersendiri. Film ini berhasil meraup keuntungan senilai US$ 357.500.000, dan berada di urutan ke-69 dalam daftar film terlaris sepanjang masa versi Internet Movie Data Base dot com.
Kisah tentang Lankester Merril, pastor pengusir hantu, itu telah dibuat sekuelnya dua kali. Tahun ini, rencananya beredar film Exorcist: The Beginning, prekuel dari kisah Lankester Merril. Bahkan, menurut Michael W. Cuneo, penulis American Exorcism: Expelling Demons in the Land of Plenty, kisah The Exorcist merupakan awal maraknya industri exorcism di Amerika.
Selaku sosiolog, Cuneo juga mencatat bahwa pasca-The Exorcist, banyak gereja kini secara terbuka berani melangsungkan praktek pengusiran hantu. Selain The Exorcist, kisah hantu dan makhluk dunia lain juga memadati daftar film terlaris. The Sixth Sense, kisah hantu garapan M. Night Shyamalan, misalnya, tercatat sebagai film ke-14 terlaris sepanjang masa.
Film Ghosts ada di urutan ke-24, sementara The Mummy Returns dan The Mummy ada di urutan ke-44 dan ke-45. Barangkali juga cuma film horor yang bisa melahirkan fenomena seperti The Blair Witch Project, film indie paling laku sepanjang sejarah. Dengan biaya cuma US$ 30.000 --tak akan cukup untuk biaya katering film studio besar Hollywood-- The Blair Witch Project bisa meraup keuntungan US$ 240,5 juta, dan ada di urutan ke-166 film terlaris sepanjang masa.
Film horor juga bukan hanya monopoli kultur Barat. Lewat film layar lebar Nang Nak pada 1999, misalnya, Nonzee Nimitbur berhasil mengungguli Titanic sebagai film dengan penjualan tiket terbanyak di Thailand. Padahal, sebelumnya perfilman Thailand sudah mati suri. Lewat adaptasi kisah yang telah difilmkan atau disinetronkan sebanyak 22 kali itu, Nonzee Nimitbur juga memperoleh reputasi sebagai sutradara film seni terkemuka kelas dunia.
Kisah horor Asia memang tak kalah kelas. Belakangan, studio besar Hollywood keranjingan membuat ulang film-film horor dari kawasan ini. Setelah membuat ulang The Ring, yang merupakan adaptasi Ringu, film horor laris Jepang, Hollywood tengah menggarap ulang The Eye. Hak cerita film horor Hong Kong itu dibeli perusahaan film milik Tom Cruise.
Selain dua film itu, dua film hantu Jepang lainnya, Kidnap dan Water Ghost Fable, juga tengah digarap ulang studio besar Hollywood. Sejak krisis keuangan menghantam kawasan Asia, film-film horor-hantu memang menjamur di seluruh kawasan ini. Tampaknya, sejarah berulang: setiap kali ada krisis besar, cerita horor muncul jadi "jalan keluar".
Bukankah pada 1920-an dan 1930-an, chaos dan kolaps-nya perekonomian Jerman, yang kemudian memunculkan teror rezim Nazi, melahirkan gelombang film ekspresionis Jerman? Sementara, pada Great Deppresion di Amerika Serikat, Universal Studios memilih mengeluarkan monster seperti Frankestein dan Drakula untuk menghantui mimpi-mimpi rakyat Amerika.
Stephen Edwin King (lahir di Portland, Maine, Amerika Serikat, 21 September 1947; umur 62 tahun) adalah seorang penulis asal Amerika Serikat. Ia populer lewat novel-novel horor tulisannya. Kisah-kisah yang ia tulis sering melibatkan protagonis yang "biasa", misalnya keluarga kelas menengah, seorang anak-anak, atau penulis. Selain kisah-kisah horor, King juga menulis cerita dalam genre lain, termasuk The Body dan Rita Hayworth and Shawshank Redemption (masing-masing diadaptasikan menjadi film layar lebar berjudul Stand By Me dan The Shawshank Redemption), serta The Green Mile dan Hearts in Atlantis.

0 Comments:

Posting Komentar



Total Pengunjung